Friday, September 5, 2008

Avian Influenza ( FLU BURUNG )

cara kita menghindari virus tersebut adalah.....

Akhir-akhir ini banyak diberitakan dimedia massa tentang bahayanya avian influenza atau lebih dikenal dengan flu burung flu burung. Bahkan dapat dikatakan, sekarang flu burung dapat dikatakan sebagai momok dunia. Ini dikarenakan belum ada obat yang manjur untuk penyembuhan flu ini. Virus yang menyerang ini disebarluaskan oleh unggas, yang notabene adalah makanan pokok bagi sebagian orang dan juga sebagai sumber mata pencaharian. Sehingga menjadi momok yang sangat menakutkan, dikarenakan unggas sendiri mempunyai mobilitas yang tinggi (red, burung) sehingga penyebarannya juga bisa dengan mudah, bila kita tidak tahu cara-cara untuk menghindarinya. Apalagi diberitakan juga bahwa virus ini juga menyerang anjing dan kucing. Trus bagaimana sih tips n cara untuk menghindarinya?

1. Sejarah singkat
Avian influenza – Flu burung sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang baru, flu ini sudah ada sejak 100 tahun yang lalu, ditemukan pertama kali di Italia, dan sesuai namanya pun, virus ini hanya menyerang sebatas pada unggas saja bukan ke manusia. Penyakit infeksi pada burung ini disebabkan oleh sejenis virus influenza tie A subtipe H5 dan H7.
Virus ini pertama kali ditemukan menyerang manusia di Hongkong tahun 1997, tahun 2003 menyebar di Vietnam dan juga ke Indonesia. Bahkan sekarang juga sudah banyak korban yang berjatuhan dikarenakan oleh virus ini.
Virus influenza terbagi menjadi 3 tipe, yaitu virus tipe A, tipe B dan tipe C dengan beberapa subtipe. Virus yang sekarang menyerang ke manusia adalah virus yang bertipe A subtipe H5N1. Virus ini mudah bermutasi sehingga belum ditemukan obat yang cocok, sehingga bila menyerang manusia bisa berakibat fatal. Bisa disebut highly pathogenic avian influenza dikarenakan tingkat kematian penderita yang bisa mencapai 100%.

2. Gejala yang Umum
● Pada Unggas
– Unggas sakit dan tidak nafsu makan. Kasus tertentu ditemukan juga unggas langsung mati.
– Unggas yang terserang virus ini dapat dilihat pada jengger berubah menjadi berubah pucat atau berwarna kebiruan, dikarenakan adanya pembendungan pembuluh darah diseluruh tubuh.
– Ada juga unggas yang mengalami leleran atau pilek.

● Pada Manusia
– Pada manusia, gejalanya seperti flu biasa, yaitu demam tinggi diatas 39 derajat Celcius dan disertai pilek. Seperti halnya pada unggas virus ini akan segera menyebar ke seluruh tubuh. Sehingga perlu segera ditangani, karena dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah, bahkan pecahnya pembuluh darah otak.
– Kadang kita menganggap gejala seperti diatas adalah gejala yang biasa, demam berdarah pun juga mempunyai gejala yang hampir sama, yaitu demam tinggi. Segera periksakan atau konsultasikan ke Rumah Sakit atau dokter terdekat, terlebih-lebih ada unggas yang mati mendadak disebelah rumah atau tetangga kita.

Berikut beberapa keluhan yang sering dirasakan pasien :
– demam
– batuk, nyeri tenggorokan
– sesak nafas
– mata merah, nyeri otot

Gejala klinis dan laboratoris yang sering muncul
– demam diatas 39 derajat celcius
– peningkatan frekuensi respirasi
– suara ronkhi pada paru
– Leukopenia ( peningkatan sel darah putih ) <>39 derajat C
respirasi Normal >normal
ronkhi paru (-) (+)
Leukopenia (-) (+)
Kontak (-) (+)

Pemberian Tamiflu / Oseltamifin
Skor <6>7 : Diberi Tamiflu / Oseltamifin




3. Tips Menghindari dengan hidup Sehat
Terus, bagaimana sih kita menghindari agar tidak terserang penyakit ini. Sebenarnya untuk menghindari penyakit inilah tidaklah sulit.
– Biasakan untuk berperilaku hidup sehat, jagalah kebersihan lingkungan sekitar rumah, kebun dapur dan semua ruangan rumah. Usahakan adanya penerangan matahari dan ventilasi udara yang cukup didalam rumah.
– Jika memelihara unggas, jauhkan kandang dari rumah dan selalu jaga kebersihan kandang. Gunakan detergen atau desinfektan waktu membersihkan kandang. Usahakan menggunakan sarung tangan dan juga masker.
– Bila menemukan ayam yang mati mendadak, jangan dibawa keluar dari area kandang apalagi dibawa ke pemukiman segera dikuburkan atau dibakar. Bila ada yang sakit dan masih bisa diselamatkan, segera sembelih ditempat dan dimasak sesuai kriteria, sehingga ayam layak dikonsumsi, dan ayam keluar dari area kandang sudah dalam keadaan masak.
– Biasakan selalu mencuci tangan dengan detergen atau desinfektan setelah membersihkan kandang dan usahakan juga menggunakan air yang mengalir. Hindari mencuci tangan dalam bak.

4. Telur dan daging ayam amankah dikonsumsi?
Telur ayam/unggas aman untuk dikonsumsi, dikarenakan virus berada didalam kotoran unggas. Ingat! Sebelum menyimpan telur dalam kulkas atau mau memasak telur usahakan untuk mencucinya terlebih dahulu dalam air mengalir.
Penularan Virus Flu Burung – Avian Influenza terjadi pada saat unggas itu sakit dan masih hidup. Daging unggas yang telah dimasak dengan pemanasan bersuhu 80 derajat Celcius minimal satu menit akan mematikan virus yang ada didalamnya, sehingga aman untuk dikonsumsi.

5. Penanganan Pasien/Penderita Flu Burung
Penanganan yang dilakukan Rumah Sakit terhadap pasien penderita Flu Burung antara lain adalah :
– Tindakan yang paling utama adalah isolasi pasien, ini bukan beranggapan untuk mengucilkan penderita, tapi lebih dititikberatkan untuk melindungi pasien dari infeksi yang lain.
– Diberi obat untuk meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh.
– Diberi obat untuk meredakan keluhan yang dialami.
– Diberi obat antivirus, walaupun efektifitasnya juga tidak 100% menjamin. Selain itu juga diberi obat antibiotika untuk mengatasi kemungkinan infeksi lain yang mungkin muncul.
– Kalau keadaan pasien memburuk, akan diberikan penanganan yang semestinya untuk mengatasinya.
– Namun bila keadaan pasien sudah gawat dan buruk sekali, maka pasien akan dimasukkan ke Ruangan Khusus ( ICU = Intensif Care Unit ) dalam penanganan dan perawatan yang tepat dan cermat.
– Disini pasien ditempatkan diruangan yang bertekanan negatif ( ruangan tertutup yang beri saluran udara exhaust, serta ditempatkan diruangan yang tidak dalam siklus yang sama dengan ruangan yang lain ( AC Central ).

6. PENUTUP
Pada Musim penghujan ini adalah saat yang perlu diwaspadai bagi munculnya virus Flu Burung H5N1, karena virus ini senang pada cuaca/suhu dingin. Virus ini mampu bertahan hidup pada suhu 20 derajat celcius selama 4 hari, pada suhu 0 derajat Celcius mampu bertahan selama 30 hari. Pada unggas yang mati, virus ini bisa bertahan sampai 32 hari. Pada awal unggas ini sakit, dia pembawa virus yang aktif, dengan mobile nya unggas ini, berarti juga terjadi transmisi/penyebaran virus ke penjuru dimana unggas ini dibawa, atau dimana dia berpindah.

Flu Singapore Atau Hand Foot Mouth Disease (HFMD)

DEFINISI

"Flu Singapore" sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM).

Penyakit ini sesungguhnya sudah lama ada di dunia. Berdasar laporan yang ada, kejadian luar biasa penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di Toronto, Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru.
Istilah “Flu Singapore” muncul karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah “flu Singapore”, walaupun ini bukan terminologi yang baku.

PENYEBAB

PTKM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab PTKM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.


EPIDEMIOLOGI:

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena.
Penularannya melalui jalur fekal-pral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (“carrier”) seperti lalat dan kecoa.
Penyakit ini memberi imunitas spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya.
Masa Inkubasi 2 – 5 hari.

GEJALA

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti “flu” pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain :
- Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C. - Demam tidak turun-turun - Takikardia (nadi menjadi cepat) - Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak - Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi. - Letargi, lemas, dan mengantuk terus - Nyeri pada leher, lengan, dan kaki. - Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial - Keringat dingin - Fotofobia (tidak tahan melihat sinar) - Ketegangan pada daerah perut - Halusinasi atau gangguan kesadaran

Komplikasi penyakit ini adalah :
- Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik - Ensefalitis (radang otak) - Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis - Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (“Polio-like illness” )

Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :

  1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (PTKM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
  2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
  3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10


DIAGNOSA

LABORATORIUM :
Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Spesimen dibawa dengan “Hank’s Virus Transport”. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan “Tissue Culture”, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.

Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :

  1. Deteksi Virus :
    - Immuno histochemistry (in situ)
    - Imunofluoresensi antibodi (indirek)
    - Isolasi dan identifikasi virus.
    Pada sel Vero ; RD ; L20B
    Uji netralisasi terhadap intersekting pools
    Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.

  2. Deteksi RNA :
    RT-PCR
    Primer : 5’ CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3”
    5’ GGGAACTTCGATTACCATCC 3”
    Partial DNA sekuensing (PCR Product)

  3. Serodiagnosis :
    Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.
    Uji ELISA sedang dikembangkan.
    Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis PTKM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.


PENGOBATAN
  1. Istirahat yang cukup
  2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada.
  3. Dapat diberikan :
    - Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
    - Extracorporeal membrane oxygenation.
  4. Pengobatan simptomatik :
    - Antiseptik di daerah mulut
    - Analgesik misal parasetamol
    - Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
    - Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )

    Penyakit ini adalah “self limiting diseases”, yaitu dapat sembuh dengan sendirinya, dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.


PENCEGAHAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan; kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.

Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.

Di Rumah sakit “Universal Precaution” harus dilaksanakan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)